1.
Kebersihan diri atau personal hygiene.
Kebersihan
diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman
pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang
teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta
lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi.
ü a.Pakaian
Sebaiknya
pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi
keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di
daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering.Demikian juga dengan
pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat
lochea.
ü b.Kebersihan rambut
Setelah bayi
lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan
hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal.
Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita
yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan.
Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang
lembut.Hindari penggunaan pengering rambut.
ü c.Kebersihan kulit
Setelah
persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan
kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada
wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu
pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih
banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap
kering.
ü d.Kebersihan vulva dan sekitarnya.
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali
buang air kecil atau besar.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci
menggunakan sabun.
2. Perawatan Perineum
Merawat
perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu
diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Jaga
kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka
jahitan maupun kulit.
Perawatan
luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan
mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara
mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang
dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan
sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan.Pembalut hendaknya diganti
minimal 2 kali sehari.Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai,
pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari
dan disetrika.
DAFTAR
PUSTAKA
Maulana,
Heri.2009.Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
Notoatmojo,soekidjo.Prof,Dr.”Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni”.2007.Jakarta:PT.Rineka Cipta.
Notoatmojo,soekidjo.Prof,Dr.”Promosi
Kesehatan dan ilmu Perilaku”.2007.Jakarta:PT.Rineka Cipta.
3. Nutrisi
Dalam masa
nifas ibu membutuhkan gizi yang cukup. Gizi pada ibu menyusui sangat erat
kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang
bayi. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada
jumlah ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat
makanan 800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu itu
sendiri.
Sebuah
teori, maternal depletion syndrome menyatakan bahwa status gizi ibu setelah
peristiwa kehamilan dan persalinan, kemudian diikuti masa laktasi, tidak segera
pulih dan ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang, jumlah paritas yang banyak
dengan jarak kehamilan yang pendek, akan menyebabkan ibu mengalami drainage
gizi. Akibatnya ibu akan berada dalam status gizi yang kurang dengan akibat
lebih lanjut pada ibu dan anaknya. Oleh karena itu, ibu yang menyusui anaknya
harus diberikan pengetahuan tentang gizi.
Soal gizi
ibu hamil maupun nifas, di mana bila gizi yang dibutuhkan, hampir mirip, tetap
berpedoman pada 4 sehat 5 sempurna dengan menu seimbang. Kuantitas dan kualitas
makanan ibu yang baik pada saat hamil maupun mana nifas akan mempengaruhi
produksi ASI. Jika keadaan gizi ibu baik secara kuantitas, akan terproduksi ASI
lebih banyak daripada ibu dengan gizi kurang. Sedangkan secara kualitas tidak
banyak dipengaruhi kecuali lemak, vitamin dan mineral.
Pada
dasarnya menu untuk ibu hamil dan menyusui porsi makan baik nasi maupun lauk
pauknya lebih banyak daripada sebelum hamil dan menyusui. Pesan penting bagi
ibu menyusui, antara lain:
a. Banyak makan sayuran yang beragam dan
banyak minum sedikitnya 8 gelas sehari,
b. Pemakaian bumbu jangan terlalu
merangsang, tidak pedas,
c. Tetap memperhatikan kecukupan gizi
rata-rata dianjurkan (2900 k.kal.)
Ibu menyusui
harus :
a. Mengkomsumsi tambahan 500 kalori setiap
hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c. minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
(anjurkan ibu minum setiap kali menyusui)
d. Pil zat besi (sulfas/glukonas ferrosus)
harus diminum untuk menambah xat gizi setidaknya selama 40 haro pasca bersalin
(setelah melahirkan)
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
agar bisa memberikan vitamin A kepada anaknya melalui ASI (Air Susu Ibu)-nya.
Lingkup
promosi kesehatan terhadap ibu nifas meliputi nutrisi dan cairan, ambulasi,
eliminasi, kebersihan diri dan bayi, istirahat, sexual, latihan/senam nifas,
tanda bahaya, keluarga Berencana dan pemberian ASI.
Bidan tetap
mendampingi ibu selama 2 jam setelah pesalinan. Dalam masa nifas bidan
dianjurkan untuk menanyakan tentang perasaan ibu. Biasanya ibu merasa capek dan
lemas. Ibu dan bayi diberikan kesempatan untuk beristirahat. Saat ibu masih
merasa lemas, promosi kesehatan dapat diberikan melalui keluarga ibu nifas,
misanya keluarga pasien diberitahukan bawa ibu boleh minum dan makan ringan
setiap waktu, bangun bila mau kencing dan sebagainya.
Baru setelah
ibu merasa lebih baik dan bersedia diberikan pendidikan kesehatan, bidan
diperkenankan untuk memberikan pendidikan kesehatan. Itupun sedikit demi
sedikit sesuai kemampuan ibu. Pendidikan kesehatan yang diberikan misalnya
setelah melahirkan ibu boleh makan seperti biasa, setiap hari minum air putih
minimal 8 gelas, ibu diajari cara menyusui dan perawatan payudara, gizi ibu
nifas dan sebagainya. Diharapkan dengan memberikan promosi kesehatan pada ibu
nifas, ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal.
No comments:
Post a Comment