Kata Pengantar
Rasa syukur saya panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-NYA makalah yang berjudul “Obesitas”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah KESEHATAN
REPRODUKSI pada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Faathir Husada (Kelas Annisa). Selama penyusunan makalah ini penulis
telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk informasi,
motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini tersusun dan
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna
dan sudah barang tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan
penulis. Oleh karena itu, tegur sapa dan kritik yang konstruktif dari pembaca
untuk perbaikan dan penyempurnaan seperlunya sangat penulis harapkan.
Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
Bogor, 2013
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar
Isi.......................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................1
BAB II
Pembahasan...................................................................................................3
BAB III Penutup...........................................................................................................8
Referensi......................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kegemukan
atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang
terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi
kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah
kesehatan.[1][2] Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks
massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan
dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.[3]
Kegemukan
meningkatkan peluang terjadinya berbagai macam penyakit, khususnya penyakit
jantung, diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, kanker tertentu,
osteoartritis[2] dan asma[4][2][5]. Kegemukan sangat sering disebabkan oleh
kombinasi antara asupan energi makanan yang berlebihan, kurangnya aktivitas
fisik, dan kerentanan genetik, meskipun sebagian kecil kasus terutama
disebabkan oleh gen, gangguan endokrin, obat-obatan atau penyakit psikiatri.
Hanya sedikit bukti yang mendukung pandangan bahwa orang yang gemuk makan
sedikit namun berat badannya bertambah karena metabolisme tubuh yang lambat;
rata-rata orang gemuk mengeluarkan energi yang lebih besar dibandingkan orang
yang kurus karena dibutuhkan energi untuk manjaga massa tubuh yang lebih
besar.[6][7]
Pengaturan
diet dan aktivitas fisik masih menjadi tata laksana utama kegemukan. Kualitas
asupan dapat diperbaiki dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi
contohnya makanan yang tinggi lemak dan gula, serta dengan meningkatkan asupan
serat. Obat-obatan anti-kegemukan dapat dikonsumsi untuk mengurangi selera
makan atau menghambat penyerapan lemak, disertai dengan asupan diet yang tepat.
Apabila diet, olahraga, dan obat-obatan belum efektif, maka balon lambung dapat
membantu mengurangi berat badan, atau operasi dapat dilakukan untuk mengurangi
volume lambung dan/atau panjang usus sehingga dapat memberikan rasa kenyang
yang lebih dini dan menurunkan kemampuan penyerapan nutrisi dari makanan.[8][9]
Kegemukan
adalah penyebab kematian yang dapat dicegah paling utama di dunia, dengan
prevalensi pada orang dewasa dan anak yang semakin meningkat, sehingga pihak
berwenang menganggap kegemukan sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat
paling serius pada abad 21.[10] Kegemukan umumnya merupakan stigma di dunia
modern (khususnya di Dunia barat), meskipun pada suatu waktu dalam sejarah,
kegemukan secara luas dianggap sebagai simbol kekayaan dan kesuburan, dan masih
dianggap demikian di beberapa bagian di dunia hingga sekarang.[2][11]
BAB II
PEMBAHASAN
Overweight Sekarang, Menyesal di Kemudian Hari
Prevalensi
remaja yang mengalami obesitas dan kegemukan di Indonesia semakin meningkat.
Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, tingkat obesitas pada remaja (usia
15-24 tahun) pada tahun 2007 bahkan mencapai 19.1%1. Bukan tidak mungkin angka
ini terus meningkat. Padahal, kelebihan berat badan di usia remaja tidak hanya
membuat kita mendapat “stigma” dari teman-teman, tetapi juga membuat kita lebih
rentan terkena masalah serius di kemudian hari.
Gemuk Sekarang, Gemuk Nanti Juga.
Penelitian
menunjukkan bahwa remaja yang mengalami kelebihan berat badan cenderung
mengalami obesitas di usia dewasa2. Gawatnya, obesitas berkaitan erat dengan tingginya
kadar lemak dan kolesterol dalam darah serta peningkatan resiko terkena
diabetes, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung yang berujung pada kematian
dini2,3,4. That’s really bad! Obesitas
pun dapat mengakibatkan kesulitan bernafas saat tidur selain gangguan tulang
dan sendi yang terjadi akibat kelebihan berat badan2. Tambahan lagi, penelitian
menunjukkan bahwa orang dewasa yang mengalami obesitas cenderung menerima gaji
yang lebih rendah dibandingkan rekan-rekan mereka yang tidak mengalami obesitas5!
Ternyata
kelebihan berat badan di masa remaja tidak hanya memberikan kerugian di masa
sekarang, tapi juga di masa dewasa nanti. Karena itu, sangatlah penting untuk
mengatur pola makan dan berolahraga secara teratur.
Jaga Berat Tubuhnya Sekarang, Jaga Kesehatannya di Masa Depan
Memasuki
masa remaja, metabolisme tubuh akan mengalami perubahan yang membuat
penyimpanan lemak semakin meningkat1. Pada masa ini, berat badan harus dijaga.
Apabila tidak, maka jumlah sel lemak akan terus meningkat tajam, sehingga
meningkatkan risiko obesitas. Tentunya kamu
ngga mau tumbuh ke samping, kan?
Sel lemak
yang terbentuk saat remaja juga akan terus terbawa sampai masa dewasa. Jadi,
jika ketika remaja mengalami kegemukan, saat dewasa pun mereka lebih mudah
mengalami risiko obesitas. Dengan terus menjaga berat badannya sejak remaja,
maka kamu akan jauh dari risiko berbagai penyakit seperti diabetes dan
jantung2. Perhatikan pola makan, aktivitas dan istirahat kamu. Konsumsi juga
nutrisi yang terbaik, karena kamu adalah generasi masa depan yang bernilai.
Lose Sleep, Gain Weight
Sebagai
remaja yang aktif, kita terkadang bergadang sampai tengah malam untuk
mengerjakan tugas sekolah, menonton film yang seru, atau chatting dengan teman.
Karena itu, kita harus lebih berhati-hati. Pasalnya, kurang tidur tidak hanya
membuat kita mengantuk dan mudah lelah, tetapi juga dapat meningkatkan berat
badan dan risiko obesitas!
Kebiasaan
beraktivitas di malam hari membuat kita makan sambil bergadang. Akibatnya,
konsumsi energi kita jadi berlebih. Apalagi, penelitian menunjukkan bahwa
sewaktu bergadang kita cenderung makan makanan manis atau tinggi karbohidrat
seperti mi instan, biskuit, coklat, bahkan fast food (1).
Selain itu,
ketika kita kurang tidur, produksi hormon leptin dan ghrelin akan terganggu.
Akibatnya, kita lebih cepat merasa lapar dan nafsu makan meningkat (1,2).
Oke-oke aja kalau konsumsi buah-buahan kita meningkat. Tapi masalahnya, kurang
tidur cenderung membuat kita cenderung lebih banyak makan makanan manis, tinggi
karbohidrat, atau fast food. Berat badan pun meningkat. Tambahan lagi, gangguan
terhadap produksi leptin dan ghrelin ini mengurangi sensitivitas terhadap
insulin sehingga dapat memicu obesitas dan diabetes. Penelitian menunjukkan
bahwa remaja yang tidur kurang dari 7 jam memiliki resiko lebih tinggi
mengalami kelebihan berat badan dan obesitas (2).
Karena itu,
sangatlah penting untuk mencukupi kebutuhan tidur. Dengan mencukupi kebutuhan
tidur, kita dapat lebih fokus dan kinerja kita pun membaik. So, get enough
sleep to stay alert!
Lack of Sleep and Obesity in Teen
Sibuk,
sibuk.. Belajar buat ujian, bikin tugas sekolah, dan tentunya bergaul dengan
teman-teman. Sebagai remaja dengan segudang aktivitas, seringkali waktu tidur
kita kurang. Belum lagi, banyak godaan seperti browsing di internet atau
chatting dengan teman yang membuat kita lupa dengan waktu tidur. Padahal,
kurang tidur bisa berdampak negatif untuk kesehatan. Salah satunya, bisa bikin
gemuk!
Mata Melek, Badan Melar
Ternyata,
berat badan berkaitan dengan waktu tidur. Penelitian yang melibatkan 723 anak
remaja menunjukkan bahwa para remaja pria yang sering kurang tidur lebih rentan
gemuk. Para remaja yang kurang tidur ini diketahui memiliki berat badan dan
berat lemak yang lebih tinggi, dibandingkan dengan teman-temannya yang cukup
tidur1.
Salah satu
penyebabnya, pola makan kita berubah kalau kita kurang tidur. Kita cenderung
makan lebih banyak, terutama makanan yang berlemak2. Perubahan pola makan ini
diketahui berhubungan dengan peningkatan kadar hormon ghrelin. Hormon ghrelin
dapat memicu rasa lapar sehingga kita jadi makan lebih banyak. Akibatnya, berat
badan pun naik.
Kurang
tidur juga bisa membuat kita lebih lemas sehingga kurang aktif. Padahal, aktif
bergerak penting supaya kita gak gampang gemuk dan lebih sehat. Efek negatif
lainnya, kita jadi sering ngantuk di kelas dan performa di sekolah pun jadi
kurang optimal.
Sleep Tight
Remaja
disarankan untuk tidur malam sekitar 8,5-9,5 jam setiap harinya. Mungkin kita
sering berpikir bahwa melakukan aktivitas lain itu lebih penting daripada
tidur. Padahal, banyak hal yang terjadi tanpa kita sadari saat kita tidur yang
penting untuk kesehatan dan perkembangan tubuh seperti perbaikan sel-sel tubuh,
pembentukan otot dan tulang, serta perbaikan sistem kekebalan tubuh.
Kalau kamu
sering susah tidur di malam hari, coba beberapa tips berikut:
1. Biasakan untuk tidur dengan jadwal
yang tetap setiap malamnya, dan mulailah bersiap-siap untuk tidur 10-30 menit
sebelumnya
2. Lakukan aktivitas yang ringan dan
santai di malam hari
3. Jauhkan diri dari hal-hal yang bisa
membuat kamu batal tidur seperti main game, computer, atau handphone jika sudah
dekat waktu tidur
4. Suasana yang tenang dapat membantu
agar kita mudah terlelap
5. Mandi air hangat sebelum tidur yang
juga dapat membantu menenangkan pikiran
6. Selain tidur cukup, nutrisi yang
seimbang juga penting untuk mendukung pola hidup remaja yang aktif dan sehat.
Dekat Dengan
Kantin, Lebih Gemuk?
Di mana
letak kelas kamu sekarang? Ternyata dapat kelas dekat dengan kantin bisa bikin
kamu lebih gemuk lho! Nggak percaya?
Penelitian
yang dimuat di Journal of Adolescent Health menunjukkan kalau mereka yang
kelasnya dekat dengan kantin cenderung lebih gemuk dibandingkan dengan teman
yang kelasnya lebih jauh dari kantin. Kalau dipikir-pikir, ada benarnya sih.
Kelas lebih dekat kantin berarti kita lebih gampang dapat siomay Ibu Kantin
yang enak itu. Selain itu, kita jadi semakin gampang jajan. Nggak heran, kita
jadi lebih sering curi-curi beli es teh manis atau cemilan saat ganti jam
pelajaran. Kalau begini terus, nggak cuma uang jajan cepat habis, kita jadi
tumbuh ke samping!
Kalau sudah
begini, berarti lebih beruntung teman kita yang kelasnya jauh dari kantin lho.
Penelitian itu juga menunjukkan kalau remaja yang kelasnya lebih jauh dari
kantin, berat badannya lebih ideal dan lebih sehat. Wajar saja, karena mereka
perlu berjalan kaki agak jauh untuk sampai ke kantin. Kalau dihitung-hitung,
kan lumayan juga untuk olahraga. Selain itu, teman yang kelasnya jauh pasti
jadi lebih malas untuk jajan di sela-sela jam pelajaran. Nggak heran, mereka
jadi lebih tahan godaan dan nggak makan berlebih.
Bagi kalian
yang kelasnya jauh dari kantin, bersyukurlah! Kalian punya kesempatan lebih
banyak untuk menjaga tubuh ideal kalian. Tapi jangan lantas karena kelasnya
jauh kalian jadi menyetok jajanan lho. Ingat, asupan makanan perlu dikontrol
supaya berat nggak terus naik.
Bagi kalian
yang kelasnya dekat dari kantin, nggak perlu sampai minta pindah kelas biar
tahan godaan. Kita siasati saja. Misalnya, kita jemput dulu teman atau gebetan
yang kelasnya agak jauh sebelum makan bareng di kantin. Karena nggak terlalu
lama di kantin, makan juga nggak nambah dong. Nah, untuk mengatasi godaan
curi-curi jajan saat pergantian jam pelajaran, kamu bisa kok buka-buka bahan
pelajaran selanjutnya. Siapa tahu ada kuis kecil. Dengan begini, godaan jajan
bisa dihindari, nilai kamu pun bisa jadi lebih baik!
BAB III
PENUTUP
Kegemukan
atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang
terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi
kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah
kesehatan.[1][2] Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks
massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan
dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.[3]
Prevalensi
remaja yang mengalami obesitas dan kegemukan di Indonesia semakin meningkat.
Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, tingkat obesitas pada remaja (usia
15-24 tahun) pada tahun 2007 bahkan mencapai 19.1%1. Bukan tidak mungkin angka
ini terus meningkat. Padahal, kelebihan berat badan di usia remaja tidak hanya
membuat kita mendapat “stigma” dari teman-teman, tetapi juga membuat kita lebih
rentan terkena masalah serius di kemudian hari.
Memasuki
masa remaja, metabolisme tubuh akan mengalami perubahan yang membuat
penyimpanan lemak semakin meningkat1. Pada masa ini, berat badan harus dijaga.
Apabila tidak, maka jumlah sel lemak akan terus meningkat tajam, sehingga
meningkatkan risiko obesitas.
Sebagai
remaja yang aktif, kita terkadang bergadang sampai tengah malam untuk
mengerjakan tugas sekolah, menonton film yang seru, atau chatting dengan teman.
Karena itu, kita harus lebih berhati-hati. Pasalnya, kurang tidur tidak hanya
membuat kita mengantuk dan mudah lelah, tetapi juga dapat meningkatkan berat
badan dan risiko obesitas!
Sibuk,
sibuk.. Belajar buat ujian, bikin tugas sekolah, dan tentunya bergaul dengan
teman-teman. Sebagai remaja dengan segudang aktivitas, seringkali waktu tidur
kita kurang. Belum lagi, banyak godaan seperti browsing di internet atau
chatting dengan teman yang membuat kita lupa dengan waktu tidur. Padahal,
kurang tidur bisa berdampak negatif untuk kesehatan. Salah satunya, bisa bikin
gemuk!
Referensi
Detik News. “Angka Obesitas Remaja
Indonesia Naik “. Selasa, 10 Oktober 2009. Accessed from
http://www.detiknews.com/read/2009/02/10/142045/1082504/10/ angka-obesitas-remaja-indonesia-naik.
Accessed 11 March 2010.
Adolescent Health Research Updates.
1998. Obesity in Adolescent. AHAC 7:1-8.
Ramos, Elisabete. 2007.
Cardiovascular Risk Factors in Adolescence. Arquivos de Medicina 21(1): 25-35.
Gortmaker, S.L., et. al. 1993.
“Social and Economic Consequences of Overweight in Adolescence and Young
Adulthood.” New England Journal of Medicine 30: 1008-1012.
Mocan, H.N., and E. Tekin. 2009.
Obesity, Self Esteem, and Wages. NBER Working Paper w15101. Availabel at SRRN:
htpp://ssrn.com/abstract=1422979.
Grosvenor, M.B. dan Smolin, L.A.
2002. Nutrition: From Science To Life. Harcourt College Publishers, US.
Am J Clin Nutr. 2009 Jan;89(1):90-6. Epub 2008
Dec 3
Nedeltcheva, A.V., J.M. Kilkus, J.
Imperial, K. Kasza, D.A. Schoeller, and P.D. Penev. “Sleep Curtailment is
Accompanied by Increased Intake of Calories from Snacks.” American Journal of
Clinical Nutrition 89 (2009): 126-133.
Gangwisch, J.E., D. Malaspina, B.B.
Albala, and S.B. Heymsfield. “Inadequate Sleep as a Risk Factor for Obesity:
Analyses of the NHANES I.” Sleep 28 (2005): 1289-1296.
Meta-Analysis of Short Sleep Duration
and Obesity in Children and Adults. Sleep. 2008. 31(5): 619-26.
2. The association of sleep duration with
adolescents’ fat and carbohydrate consumption. Sleep. 2010. 33(9):1201-9.
References:
Kapinos, K.A. and O. Yakusheva. 2010.
Environmental Influences on Young Adult Weight Gain: Evidence from a Natural
Experiment. Journal of Adolescent Health. Advanced Online Publication.
No comments:
Post a Comment