Thursday, September 19, 2013

Obesitas


Kata Pengantar
Rasa syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-NYA makalah yang berjudul “Obesitas” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
     Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah KESEHATAN REPRODUKSI  pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir Husada (Kelas Annisa). Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk informasi, motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini tersusun dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
     Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan sudah barang tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan penulis. Oleh karena itu, tegur sapa dan kritik yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan seperlunya sangat penulis harapkan.
     Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
            
                                    


Bogor, 2013

                                                                          Penulis




i
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................1
BAB II Pembahasan...................................................................................................3
BAB III Penutup...........................................................................................................8
Referensi......................................................................................................................9















ii

BAB I
PENDAHULUAN
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan.[1][2] Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.[3]

Kegemukan meningkatkan peluang terjadinya berbagai macam penyakit, khususnya penyakit jantung, diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, kanker tertentu, osteoartritis[2] dan asma[4][2][5]. Kegemukan sangat sering disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi makanan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kerentanan genetik, meskipun sebagian kecil kasus terutama disebabkan oleh gen, gangguan endokrin, obat-obatan atau penyakit psikiatri. Hanya sedikit bukti yang mendukung pandangan bahwa orang yang gemuk makan sedikit namun berat badannya bertambah karena metabolisme tubuh yang lambat; rata-rata orang gemuk mengeluarkan energi yang lebih besar dibandingkan orang yang kurus karena dibutuhkan energi untuk manjaga massa tubuh yang lebih besar.[6][7]

Pengaturan diet dan aktivitas fisik masih menjadi tata laksana utama kegemukan. Kualitas asupan dapat diperbaiki dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi contohnya makanan yang tinggi lemak dan gula, serta dengan meningkatkan asupan serat. Obat-obatan anti-kegemukan dapat dikonsumsi untuk mengurangi selera makan atau menghambat penyerapan lemak, disertai dengan asupan diet yang tepat. Apabila diet, olahraga, dan obat-obatan belum efektif, maka balon lambung dapat membantu mengurangi berat badan, atau operasi dapat dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan/atau panjang usus sehingga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih dini dan menurunkan kemampuan penyerapan nutrisi dari makanan.[8][9]

Kegemukan adalah penyebab kematian yang dapat dicegah paling utama di dunia, dengan prevalensi pada orang dewasa dan anak yang semakin meningkat, sehingga pihak berwenang menganggap kegemukan sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius pada abad 21.[10] Kegemukan umumnya merupakan stigma di dunia modern (khususnya di Dunia barat), meskipun pada suatu waktu dalam sejarah, kegemukan secara luas dianggap sebagai simbol kekayaan dan kesuburan, dan masih dianggap demikian di beberapa bagian di dunia hingga sekarang.[2][11]




















BAB II
PEMBAHASAN

Overweight Sekarang, Menyesal di Kemudian Hari

 

Prevalensi remaja yang mengalami obesitas dan kegemukan di Indonesia semakin meningkat. Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, tingkat obesitas pada remaja (usia 15-24 tahun) pada tahun 2007 bahkan mencapai 19.1%1. Bukan tidak mungkin angka ini terus meningkat. Padahal, kelebihan berat badan di usia remaja tidak hanya membuat kita mendapat “stigma” dari teman-teman, tetapi juga membuat kita lebih rentan terkena masalah serius di kemudian hari.
Gemuk Sekarang, Gemuk Nanti Juga.

Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mengalami kelebihan berat badan cenderung mengalami obesitas di usia dewasa2. Gawatnya, obesitas berkaitan erat dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah serta peningkatan resiko terkena diabetes, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung yang berujung pada kematian dini2,3,4. That’s really bad!   Obesitas pun dapat mengakibatkan kesulitan bernafas saat tidur selain gangguan tulang dan sendi yang terjadi akibat kelebihan berat badan2. Tambahan lagi, penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang mengalami obesitas cenderung menerima gaji yang lebih rendah dibandingkan rekan-rekan mereka yang tidak mengalami obesitas5!

Ternyata kelebihan berat badan di masa remaja tidak hanya memberikan kerugian di masa sekarang, tapi juga di masa dewasa nanti. Karena itu, sangatlah penting untuk mengatur pola makan dan berolahraga secara teratur.

Jaga Berat Tubuhnya Sekarang, Jaga Kesehatannya di Masa Depan

 

Memasuki masa remaja, metabolisme tubuh akan mengalami perubahan yang membuat penyimpanan lemak semakin meningkat1. Pada masa ini, berat badan harus dijaga. Apabila tidak, maka jumlah sel lemak akan terus meningkat tajam, sehingga meningkatkan risiko obesitas. Tentunya kamu  ngga mau tumbuh ke samping, kan?


Sel lemak yang terbentuk saat remaja juga akan terus terbawa sampai masa dewasa. Jadi, jika ketika remaja mengalami kegemukan, saat dewasa pun mereka lebih mudah mengalami risiko obesitas. Dengan terus menjaga berat badannya sejak remaja, maka kamu akan jauh dari risiko berbagai penyakit seperti diabetes dan jantung2. Perhatikan pola makan, aktivitas dan istirahat kamu. Konsumsi juga nutrisi yang terbaik, karena kamu adalah generasi masa depan yang bernilai.

Lose Sleep, Gain Weight

 

Sebagai remaja yang aktif, kita terkadang bergadang sampai tengah malam untuk mengerjakan tugas sekolah, menonton film yang seru, atau chatting dengan teman. Karena itu, kita harus lebih berhati-hati. Pasalnya, kurang tidur tidak hanya membuat kita mengantuk dan mudah lelah, tetapi juga dapat meningkatkan berat badan dan risiko obesitas!

Kebiasaan beraktivitas di malam hari membuat kita makan sambil bergadang. Akibatnya, konsumsi energi kita jadi berlebih. Apalagi, penelitian menunjukkan bahwa sewaktu bergadang kita cenderung makan makanan manis atau tinggi karbohidrat seperti mi instan, biskuit, coklat, bahkan fast food (1).

Selain itu, ketika kita kurang tidur, produksi hormon leptin dan ghrelin akan terganggu. Akibatnya, kita lebih cepat merasa lapar dan nafsu makan meningkat (1,2). Oke-oke aja kalau konsumsi buah-buahan kita meningkat. Tapi masalahnya, kurang tidur cenderung membuat kita cenderung lebih banyak makan makanan manis, tinggi karbohidrat, atau fast food. Berat badan pun meningkat. Tambahan lagi, gangguan terhadap produksi leptin dan ghrelin ini mengurangi sensitivitas terhadap insulin sehingga dapat memicu obesitas dan diabetes. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang tidur kurang dari 7 jam memiliki resiko lebih tinggi mengalami kelebihan berat badan dan obesitas (2).

Karena itu, sangatlah penting untuk mencukupi kebutuhan tidur. Dengan mencukupi kebutuhan tidur, kita dapat lebih fokus dan kinerja kita pun membaik. So, get enough sleep to stay alert!
Lack of Sleep and Obesity in Teen
 

Sibuk, sibuk.. Belajar buat ujian, bikin tugas sekolah, dan tentunya bergaul dengan teman-teman. Sebagai remaja dengan segudang aktivitas, seringkali waktu tidur kita kurang. Belum lagi, banyak godaan seperti browsing di internet atau chatting dengan teman yang membuat kita lupa dengan waktu tidur. Padahal, kurang tidur bisa berdampak negatif untuk kesehatan. Salah satunya, bisa bikin gemuk!


Mata Melek, Badan Melar
            Ternyata, berat badan berkaitan dengan waktu tidur. Penelitian yang melibatkan 723 anak remaja menunjukkan bahwa para remaja pria yang sering kurang tidur lebih rentan gemuk. Para remaja yang kurang tidur ini diketahui memiliki berat badan dan berat lemak yang lebih tinggi, dibandingkan dengan teman-temannya yang cukup tidur1.

Salah satu penyebabnya, pola makan kita berubah kalau kita kurang tidur. Kita cenderung makan lebih banyak, terutama makanan yang berlemak2. Perubahan pola makan ini diketahui berhubungan dengan peningkatan kadar hormon ghrelin. Hormon ghrelin dapat memicu rasa lapar sehingga kita jadi makan lebih banyak. Akibatnya, berat badan pun naik.

Kurang tidur juga bisa membuat kita lebih lemas sehingga kurang aktif. Padahal, aktif bergerak penting supaya kita gak gampang gemuk dan lebih sehat. Efek negatif lainnya, kita jadi sering ngantuk di kelas dan performa di sekolah pun jadi kurang optimal.

Sleep Tight
            Remaja disarankan untuk tidur malam sekitar 8,5-9,5 jam setiap harinya. Mungkin kita sering berpikir bahwa melakukan aktivitas lain itu lebih penting daripada tidur. Padahal, banyak hal yang terjadi tanpa kita sadari saat kita tidur yang penting untuk kesehatan dan perkembangan tubuh seperti perbaikan sel-sel tubuh, pembentukan otot dan tulang, serta perbaikan sistem kekebalan tubuh.

Kalau kamu sering susah tidur di malam hari, coba beberapa tips berikut:
1.      Biasakan untuk tidur dengan jadwal yang tetap setiap malamnya, dan mulailah bersiap-siap untuk tidur 10-30 menit sebelumnya
2.      Lakukan aktivitas yang ringan dan santai di malam hari
3.      Jauhkan diri dari hal-hal yang bisa membuat kamu batal tidur seperti main game, computer, atau handphone jika sudah dekat waktu tidur
4.      Suasana yang tenang dapat membantu agar kita mudah terlelap
5.      Mandi air hangat sebelum tidur yang juga dapat membantu menenangkan pikiran
6.      Selain tidur cukup, nutrisi yang seimbang juga penting untuk mendukung pola hidup remaja yang aktif dan sehat.

Dekat Dengan Kantin, Lebih Gemuk?
 

Di mana letak kelas kamu sekarang? Ternyata dapat kelas dekat dengan kantin bisa bikin kamu lebih gemuk lho! Nggak percaya?

Penelitian yang dimuat di Journal of Adolescent Health menunjukkan kalau mereka yang kelasnya dekat dengan kantin cenderung lebih gemuk dibandingkan dengan teman yang kelasnya lebih jauh dari kantin. Kalau dipikir-pikir, ada benarnya sih. Kelas lebih dekat kantin berarti kita lebih gampang dapat siomay Ibu Kantin yang enak itu. Selain itu, kita jadi semakin gampang jajan. Nggak heran, kita jadi lebih sering curi-curi beli es teh manis atau cemilan saat ganti jam pelajaran. Kalau begini terus, nggak cuma uang jajan cepat habis, kita jadi tumbuh ke samping!

Kalau sudah begini, berarti lebih beruntung teman kita yang kelasnya jauh dari kantin lho. Penelitian itu juga menunjukkan kalau remaja yang kelasnya lebih jauh dari kantin, berat badannya lebih ideal dan lebih sehat. Wajar saja, karena mereka perlu berjalan kaki agak jauh untuk sampai ke kantin. Kalau dihitung-hitung, kan lumayan juga untuk olahraga. Selain itu, teman yang kelasnya jauh pasti jadi lebih malas untuk jajan di sela-sela jam pelajaran. Nggak heran, mereka jadi lebih tahan godaan dan nggak makan berlebih.

Bagi kalian yang kelasnya jauh dari kantin, bersyukurlah! Kalian punya kesempatan lebih banyak untuk menjaga tubuh ideal kalian. Tapi jangan lantas karena kelasnya jauh kalian jadi menyetok jajanan lho. Ingat, asupan makanan perlu dikontrol supaya berat nggak terus naik.

Bagi kalian yang kelasnya dekat dari kantin, nggak perlu sampai minta pindah kelas biar tahan godaan. Kita siasati saja. Misalnya, kita jemput dulu teman atau gebetan yang kelasnya agak jauh sebelum makan bareng di kantin. Karena nggak terlalu lama di kantin, makan juga nggak nambah dong. Nah, untuk mengatasi godaan curi-curi jajan saat pergantian jam pelajaran, kamu bisa kok buka-buka bahan pelajaran selanjutnya. Siapa tahu ada kuis kecil. Dengan begini, godaan jajan bisa dihindari, nilai kamu pun bisa jadi lebih baik!





















BAB III
PENUTUP
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan.[1][2] Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.[3]
Prevalensi remaja yang mengalami obesitas dan kegemukan di Indonesia semakin meningkat. Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, tingkat obesitas pada remaja (usia 15-24 tahun) pada tahun 2007 bahkan mencapai 19.1%1. Bukan tidak mungkin angka ini terus meningkat. Padahal, kelebihan berat badan di usia remaja tidak hanya membuat kita mendapat “stigma” dari teman-teman, tetapi juga membuat kita lebih rentan terkena masalah serius di kemudian hari.
Memasuki masa remaja, metabolisme tubuh akan mengalami perubahan yang membuat penyimpanan lemak semakin meningkat1. Pada masa ini, berat badan harus dijaga. Apabila tidak, maka jumlah sel lemak akan terus meningkat tajam, sehingga meningkatkan risiko obesitas.
Sebagai remaja yang aktif, kita terkadang bergadang sampai tengah malam untuk mengerjakan tugas sekolah, menonton film yang seru, atau chatting dengan teman. Karena itu, kita harus lebih berhati-hati. Pasalnya, kurang tidur tidak hanya membuat kita mengantuk dan mudah lelah, tetapi juga dapat meningkatkan berat badan dan risiko obesitas!
Sibuk, sibuk.. Belajar buat ujian, bikin tugas sekolah, dan tentunya bergaul dengan teman-teman. Sebagai remaja dengan segudang aktivitas, seringkali waktu tidur kita kurang. Belum lagi, banyak godaan seperti browsing di internet atau chatting dengan teman yang membuat kita lupa dengan waktu tidur. Padahal, kurang tidur bisa berdampak negatif untuk kesehatan. Salah satunya, bisa bikin gemuk!

Referensi
Detik News. “Angka Obesitas Remaja Indonesia Naik “. Selasa, 10 Oktober 2009. Accessed from http://www.detiknews.com/read/2009/02/10/142045/1082504/10/ angka-obesitas-remaja-indonesia-naik. Accessed 11 March 2010.
Adolescent Health Research Updates. 1998. Obesity in Adolescent. AHAC 7:1-8.
Ramos, Elisabete. 2007. Cardiovascular Risk Factors in Adolescence. Arquivos de Medicina 21(1): 25-35.
Gortmaker, S.L., et. al. 1993. “Social and Economic Consequences of Overweight in Adolescence and Young Adulthood.” New England Journal of Medicine 30: 1008-1012.
Mocan, H.N., and E. Tekin. 2009. Obesity, Self Esteem, and Wages. NBER Working Paper w15101. Availabel at SRRN: htpp://ssrn.com/abstract=1422979.
Grosvenor, M.B. dan Smolin, L.A. 2002. Nutrition: From Science To Life. Harcourt College Publishers, US.
 Am J Clin Nutr. 2009 Jan;89(1):90-6. Epub 2008 Dec 3
Nedeltcheva, A.V., J.M. Kilkus, J. Imperial, K. Kasza, D.A. Schoeller, and P.D. Penev. “Sleep Curtailment is Accompanied by Increased Intake of Calories from Snacks.” American Journal of Clinical Nutrition 89 (2009): 126-133.
Gangwisch, J.E., D. Malaspina, B.B. Albala, and S.B. Heymsfield. “Inadequate Sleep as a Risk Factor for Obesity: Analyses of the NHANES I.” Sleep 28 (2005): 1289-1296.
Meta-Analysis of Short Sleep Duration and Obesity in Children and Adults. Sleep. 2008. 31(5): 619-26.
 2. The association of sleep duration with adolescents’ fat and carbohydrate consumption. Sleep. 2010. 33(9):1201-9.
References:

Kapinos, K.A. and O. Yakusheva. 2010. Environmental Influences on Young Adult Weight Gain: Evidence from a Natural Experiment. Journal of Adolescent Health. Advanced Online Publication.

No comments:

Post a Comment