KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas rahmat-NYA makalah yang berjudul “Masa Nifas” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah ASUHAN
KEBIDANAN III pada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Faathir Husada (Kelas Annisa). Selama penyusunan makalah ini penulis
telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk informasi,
motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini tersusun dan
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna
dan sudah barang tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan
penulis. Oleh karena itu, tegur sapa dan kritik yang konstruktif dari pembaca
untuk perbaikan dan penyempurnaan seperlunya sangat penulis harapkan.
Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
Bogor, 2013
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
Pendahuluan..............................................................................................................1
Pembahasan..............................................................................................................5
1. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada
Sistem Pencernaan......................5
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada
Sistem Perkemihan.......................6
3. Diastasis Recti
Abdominis...............................................................................8
Penutup.....................................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep Dasar Masa Nifas
Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan
(Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama
persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
(F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah
seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya
kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada
masa nifas untuk :
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya,
baik fisik maupun psikologis.
Melaksanakan skrinning secara
komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayi.
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,
pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
Memberikan pelayanan keluarga
berencana.
Mendapatkan kesehatan emosi.
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam
Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat
penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab
dalam masa nifas antara lain :
Memberikan dukungan secara
berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
Sebagai promotor hubungan antara ibu
dan bayi serta keluarga.
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya
dengan meningkatkan rasa nyaman.
Membuat kebijakan, perencana program
kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan
administrasi.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya
rujukan.
Memberikan konseling untuk ibu dan
keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
Melakukan manajemen asuhan dengan
cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
Memberikan asuhan secara
professional.
Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga
tahapan, yaitu :
Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan
untuk berdiri dan berjalan-jalan.
Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ
reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa
nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas,
dengan tujuan untuk :
Menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayi.
Melakukan pencegahan terhadap
kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
Mendeteksi adanya komplikasi atau
masalah yang terjadi pada masa nifas.
Menangani komplikasi atau masalah yang
timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu
melakukan kunjungan masa nifas:Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8
jam post partum Mencegah
perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab
lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II 6
hari post partum Memastikan involusi
uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus
uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat
yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir.
III 2
minggu post partum Asuhan pada 2
minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post
partum.
IV 6
minggu post partum Menanyakan
penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama
kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar
progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan
kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,
kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan
waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan
perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
Nafsu makan.
Motilitas.
Pengosongan usus.
Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa
lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan
diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari.
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan
motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi
lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas ke keadaan normal.
Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering
mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir.
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang
air besar kembali teratur, antara lain:
Pemberian diet / makanan yang
mengandung serat.
Pemberian cairan yang cukup.
Pengetahuan tentang pola eliminasi
pasca melahirkan.
Pengetahuan tentang perawatan luka
jalan lahir.
Bila usaha di atas tidak berhasil
dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal
yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu
sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan
Hal yang berkaitan dengan fungsi
sistem perkemihan, antara lain:
Hemostatis internal.
Keseimbangan asam basa tubuh.
Pengeluaran sisa metabolisme.
Hemostatis internal.
Tubuh, terdiri dari air dan
unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di dalam
sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi
dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan
interstisial. Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema
dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan
keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume
air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
Keseimbangan asam basa tubuh.
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal
PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH
< 7,35 disebut asidosis.
Pengeluaran sisa metabolisme, racun
dan zat toksin ginjal.
Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir
dari metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan
kreatinin.
Ibu post partum dianjurkan segera
buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa
nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil
pada ibu post partum, antara lain:
Adanya odema trigonium yang
menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
Diaforesis yaitu mekanisme tubuh
untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari
setelah melahirkan.
Depresi dari sfingter uretra oleh
karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani
selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar
hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat
bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini
merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut
dengan diuresis pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat
dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg
selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama
hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal
of the water metabolisme of pregnancy).
Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa
resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70%
lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar.
Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stres
inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca
persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan
pada otot dasar panggul.
Bila wanita pasca persalinan tidak
dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan
sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan
tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu
> 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap
terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter
dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.
3. DIASTASIS RECTI ABDOMINIS
A.
Definisi
Diastasis rekti adalah pemisahan otot
rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995)
sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan
mekanis dinding abdomen.
Diastasis recti abdominis umumnya
terjadi di sekitar umbilikus, tetapi dapat terjadi di mana saja antara proses
Xifoideus dan tulang kemaluan (pubis). Ini adalah hasil dari kelemahan
peregangan otot perut dari perubahan hormon ibu dan ketegangan yang meningkat
dengan membesarnya rahim. Diastasis recti abdominis dapat terjadi dalam
berbagai derajat selama kehamilan dan tidak mungkin menyelesaikan secara
spontan pada periode postpartum.
B.
Gejala diastasis recti abdominis
Diastasis recti abdominis tampak
seperti punggung bukit, yang berjalan di tengah area perut. Ini membentang dari
dasar proses Xifoideus ke tulang umbilicus dan kemaluan, dan dapat meningkat
dengan adanya ketegangan otot.
Diastasis recti abdominis umumnya
terjadi pada wanita yang memiliki kehamilan kembar yang menyebabkan peregangan
oto yang berulang. Peregangan yang berlebihan pada kulit dan jaringan lunak di
bagian depan dinding abdomen mungkin bisa jadi salah satu tanda kondisi
diastasi recti abdominis yang tejadi pada awal kehamilan. Diastasis recti
abdominis biasanya muncul pada trimester kedua. Insiden tertinggi terjadi pada
trimester ketiga dan tetap tinggi pada periode pasca-melahirkan. Pada akhir
kehamilan, bagian atas rahim (fundus uteri) sering terlihat menonjol keluar
dari dinding abdomen. Garis bagian dari bayi yang belum lahir dapat dilihat
dalam beberapa kasus yang parah. Fenomena ini lebih sering terjadi pada ibu
dengan multiparitas, karena linea alba mengalami peregangan berulang. Diastasis
recti abdominis lebih banyak terjadi pada wanita hamil yang tidak berolahraga
dibandingkan dengan wanita hamil berolahraga.
Pemisahan otot recti abdominis dapat
menyebabkan berbagai masalah. Tanpa adanya stabilisasi yang dinamis maka
otot-otot perut akan membuat dinding perut menjadi lemah dan dapat membahayakan
stabilitas batang dan mobilitas. Hal tesebut juga dapat mengakibatkan sakit
punggung, disfungsi dasar panggul, hernia, cacat kosmetik dan pengiriman
vagina. Jadi nyeri panggul adalah manifestasi paling umum dari diastasis recti
abdominis. Sebuah studi retrospektif yang dilakukan pada tahun 2007 oleh
Spitznagle et al meneliti prevalensi diastasis recti abdominis pada populasi
pasien urogynecological dan ditemukan 66% dari semua pasien dengan diastasis
recti abdominis memiliki dukungan yang berhubungan dengan disfungsi panggul
(SPFD), diagnosa stres , inkontinensia urin, inkontinensia feses , dan organ
panggul prolaps.
C.
Mendiagnosis diastasis recti abdominis
Ultrasonography (USG) merupakan
metode yang akurat untuk mengukur diastasis rektus atas umbilikus dan di
tingkat pusat. Namun karena ketebatasan alat kesehatan yg ada, penyedia layanan
kesehatan dapat melakukan tes palpasi cepat untuk menilai diastasis recti
abdominis. Diastasis recti abdominis sulit ditemukan pada perut dalam keadaan
rileks. Sebuah pemeriksaan memerlukan kontraksi otot rektus abdominis, dan akan
memungkinkan untuk penilaian diastasis recti abdominis. Sebuah pemisahan atau
peregangan otot pada bagian tengah perut yang diukur setelah kehamilan umumnya
memiliki lebar sekitar satu hingga dua jari dan tidak menjadi masalah. Tetapi
jika lebar peregangan otot di garis tengah adalah lebih dari dua setengah jari dan lebarnya
tidak menyusut saat pasien mengencangkan otot perut nya serta terdapat
gundukan kecil menonjol di garis tengah perut, maka pasien mungkin memiliki
diastasis recti abdominis dan perlu mengambil tindakan pencegahan yang khusus
untuk mengatasinya seperti dengan melakukan beberapa latihan dan kegiatan
lainnya.
Diastasis recti abdominis terjadi
jika dalam pemeriksaan tedapat peegangan otot atau pemisahan otot pada garis
tengah perut hingga dua jari atau lebih atau ibu/pelayan kesehatan dapat
memasukkan dua jari atau lebih ke dalam ruang unggul umbilikus. Pada kontraksi
perut lanjut, pemisahan atau peregangan otot pada garis tengah perut harus
menutup, namun jika masih ada peregangan yang lebarnya lebih besar dari 1 jari,
itu merupakan diastasis recti abdominis positif. Seperti tes biasanya yang
diberikan pada wanita postpartum untuk memeriksa integritas dari recti
abdominis, dan harus ditekankan bahwa tes ini dapat dilakukan pada ibu
pasca-caesar hanya setelah sayatan mereka sudah sembuh, sekitar 6-10 minggu
setelah operasi.
D.
Pengelolaan
Manajemen konservatif, seperti
latihan terapi spesifik yang diarahkan oleh fisioterapis, atau ahli kesehatan
yang sangat paham mengenai diastasis recti abdominis, biasanya menjadi
intervensi yg paling pertama. Latihan tersebut bertujuan untuk memperkuat otot
inti yang mendalam, seperti abdominis transverses dan otot dasar panggul.
Latihan perut yang buruk dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen,
gaya ini dapat menyebabkan pemisahan recti lebih lanjut dan tonjolan yang
menyertainya / hernia memburuk.
Oleh karena itu, penting untuk
memantau diastasis recti abdominis (dan hernia jika ada) sebelum melakukan
latihan pengencangan otot perut. Latihan perut tidak cocok meliputi sit up,
kaki lurus menimbulkan, gerakan Pilates yaitu "100s" dan terutama
kegiatan trunk rotasi, seperti berselang-seling sit up yang menargetkan
obliques, dapat membuat peregangan otot perut yang berlebihan. Kelemahan pada
otot inti memberikan kontribusi terhadap penutupan kekuatan yang cukup dari
sendi sacroiliac yang menyebabkan ketidakstabilan panggul, yang akhirnya dapat
mengakibatkan penurunan sakit punggung dan pinggul. Dalam keadaan yg buruk,
pemisahan otot recti abdominis dapat mengakibatkan hernia. Oleh karena itu,
saat pertama diastasis diidentifikasi, pasien diminta untuk membuat perjanjian
awal dengan fisioterapis antara 2 sampai 3 minggu setelah melahirkan. Menindaklanjuti
kunjungan berikutnya dilakukan pada 2, 3 atau dengan jarak 4 minggu setelahnya
tergantung pada kondisi pasien yaitu kondisi otot perut pasien, kemampuan
pasien untuk memahami program latihan, dan kepatuhan pasien untuk
menindaklanjuti latihan.
Pada kunjungan awal, pasien diberikan
petunjuk tentang mekanika tubuh yang benar, postur tubuh yang tepat, latihan
yang tepat untuk mengaktifkan otot-otot perut, dan latihan yang tepat untuk
kembali menguatkan otot recti abdominis tanpa meningkatkan tekanan
intra-abdomen .
Pada setiap kunjungan berikutnya,
pasien diajarkan untuk melatih kontrol konsentrik dan eksentrik dari otot-otot
perut dan untuk mensimulasikan peran fungsional dari otot-otot perut dalam
stabilisasi bagasi.
Rekomendasi kegiatan fisik dan
olahraga di rumah dan masyarakat juga diberikan pada kunjungan berikutnya.
Dukungan perut bantu / splints dapat direkomendasikan. Pasien dipulangkan saat
diastasis recti abdominis sudah menutup.
E.
Prognosa
Pasien biasanya tidak dalam keadaan
baik. Dalam kebanyakan kasus, diastasis recti abdominis biasanya sembuh sendiri
selama periode postpartum 6 minggu sampai 3 bulan. Namun, diastasis recti
abdominis juga dapat berlanjut lama. Intervensi lebih lanjut mungkin diperlukan
jika pemulihan diastasis recti abdominis tidak terjadi. Latihan terapi spesifik
dapat membantu meningkatkan kondisi. Hernia umbilikalis dapat terjadi dalam
beberapa kasus. Jika nyeri hadir, operasi mungkin diperlukan. Secara umum,
komplikasi hanya terjadi ketika hernia berkembang.
F.
Komplikasi diastasis recti abdominis
Hernia umbilikalis
Menurut Medline Ditambah Encyclopedia
Medis, komplikasi paling serius diastasis recti adalah hernia umbilikalis.
Sebuah hernia umbilikalis terjadi ketika pemisahan otot-otot perut memungkinkan
bagian dari usus untuk menonjol.
Back Pain
Karena otot-otot perut Anda mendukung
tulang belakang Anda, diastasis recti dapat menyebabkan nyeri kronis pada
punggung bawah Anda. Rendah kembali sakit dapat menyebabkan sikap tubuh yang
buruk.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem gastrointestinal selama
kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar
progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan
kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,
kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan
waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Pada masa hamil, perubahan hormonal
yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu
sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan
Wanita dengan diastasis recti
abdominis lebih mungkin terjadi pada wanita yang usianya lebih tua dan dengan
paritas tinggi, memiliki anak kembar, bayi yang lebih besar, dan kelahiran
melalui operasi caesar. Studi menunjukkan bahwa pemulihan sebelumnya mungkin berhubungan
dengan paritas rendah, kelahiran tunggal, penambahan berat badan di bawah 35
kilogram, berat lahir bayi <3,7 kg, tingkat peningkatan aktivitas sebelum,
selama dan setelah kehamilan. Secara klinis, kepatuhan yang baik dengan program
perawatan dan inisiasi awal pengobatan juga dapat meningkatkan pemulihan. Oleh
karena itu, tindakan profilaksis, seperti pemeriksaan rutin / identifikasi
diastasis recti abdominis dan diastasis manajemen recti abdominis berikutnya
untuk semua ibu selama kehamilan dan periode pasca-melahirkan mungkin
bermanfaat dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Anderson,
DM. Mosby s Medical Dictionary. 6th ed. St Louis, Mo: Mosby; 2002.
Boissonnault
J.S. & Blaschak MJ Insiden diastasis recti abdominis Selama Tahun subur.
Chiarello,
C. M. Penelitian Studi: Pengaruh Program
Latihan di diastasis recti abdominis pada Wanita Hamil. Jurnal Terapi Kesehatan
Fisik Wanita: 2005:29 (1), hlm 11-16.
Dessy, T.,
dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta.
Ibrahim,
Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media
Jakarta
Marx J.
Rosen Darurat Kedokteran: Konsep dan Praktek Klinis. 6th ed. St Louis, Mo:
Mosby; 2006.
Mendes D.A.
et al. Ultrasonografi untuk mengukur rektus abdominis diastasis otot. Acta Cir
Bras. 2007:22 (3): p 182-6.
Pusdiknakes,
2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saifudin,
Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Saleha,
2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Spitznagle
T.M., Leong F.C. dan Van Dillen L.R. Prevalensi diastasis recti abdominis pada
populasi pasien urogynecological. International Journal Urogenikologi 2007: 18
(3), p 321-328, DOI: 10.1007/s00192-006-0143-5
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Terapi Fisik
Juli 1988vol. 68 (7), p 1.082-1.086
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/
diunduh 1 September 2009: 20.00 WIB.
Kuliahbidan.
2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb
2010, 02:25 PM.
masanifas.blogspot.com/
diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke
diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal
diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.
Widjanarko,
B. 2009. Masa Nifas. obfkumj.blogspot.com/ diunduh 9 Feb 2010, 04:07 PM.
yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-s.html
diunduh 1 September 2009: 20.05 WIB.
Zietraelmart.
2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.
zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS
diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM.
Image, theasianparent.com
No comments:
Post a Comment