Thursday, September 19, 2013

Masa Nifas


KATA PENGANTAR
    
 Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-NYA makalah yang berjudul “Masa Nifas” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
     Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN III  pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir Husada (Kelas Annisa). Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk informasi, motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini tersusun dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
     Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan sudah barang tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan penulis. Oleh karena itu, tegur sapa dan kritik yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan seperlunya sangat penulis harapkan.
     Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
            
                                    


Bogor, 2013

                                                                          Penulis



i
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
Pendahuluan..............................................................................................................1
Pembahasan..............................................................................................................5
1.      Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Pencernaan......................5
2.      Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Perkemihan.......................6
3.      Diastasis Recti Abdominis...............................................................................8
Penutup.....................................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................14















ii
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep Dasar Masa Nifas

Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Mendapatkan kesehatan emosi.
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
Memberikan asuhan secara professional.
Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
Puerperium dini
 Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
Puerperium intermedial
 Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
Remote puerperium
 Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:Kunjungan      Waktu            Asuhan
I           6-8 jam post partum          Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II          6 hari post partum Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III         2 minggu post partum     Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
IV        6 minggu post partum     Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
















BAB II
PEMBAHASAN

1.   Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
Nafsu makan.
Motilitas.
Pengosongan usus.
Nafsu Makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
Pengosongan Usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
Pemberian cairan yang cukup.
Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.

2.   Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan

Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:
Hemostatis internal.
Keseimbangan asam basa tubuh.
Pengeluaran sisa metabolisme.


Hemostatis internal.
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.

Keseimbangan asam basa tubuh.
 Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.

Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal.
 Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.

Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil.
 Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain:
Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.

Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy).

Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul.

Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.

3. DIASTASIS RECTI ABDOMINIS

A.    Definisi
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen.

Diastasis recti abdominis umumnya terjadi di sekitar umbilikus, tetapi dapat terjadi di mana saja antara proses Xifoideus dan tulang kemaluan (pubis). Ini adalah hasil dari kelemahan peregangan otot perut dari perubahan hormon ibu dan ketegangan yang meningkat dengan membesarnya rahim. Diastasis recti abdominis dapat terjadi dalam berbagai derajat selama kehamilan dan tidak mungkin menyelesaikan secara spontan pada periode postpartum.

B.     Gejala diastasis recti abdominis
Diastasis recti abdominis tampak seperti punggung bukit, yang berjalan di tengah area perut. Ini membentang dari dasar proses Xifoideus ke tulang umbilicus dan kemaluan, dan dapat meningkat dengan adanya ketegangan otot.
Diastasis recti abdominis umumnya terjadi pada wanita yang memiliki kehamilan kembar yang menyebabkan peregangan oto yang berulang. Peregangan yang berlebihan pada kulit dan jaringan lunak di bagian depan dinding abdomen mungkin bisa jadi salah satu tanda kondisi diastasi recti abdominis yang tejadi pada awal kehamilan. Diastasis recti abdominis biasanya muncul pada trimester kedua. Insiden tertinggi terjadi pada trimester ketiga dan tetap tinggi pada periode pasca-melahirkan. Pada akhir kehamilan, bagian atas rahim (fundus uteri) sering terlihat menonjol keluar dari dinding abdomen. Garis bagian dari bayi yang belum lahir dapat dilihat dalam beberapa kasus yang parah. Fenomena ini lebih sering terjadi pada ibu dengan multiparitas, karena linea alba mengalami peregangan berulang. Diastasis recti abdominis lebih banyak terjadi pada wanita hamil yang tidak berolahraga dibandingkan dengan wanita hamil berolahraga.
Pemisahan otot recti abdominis dapat menyebabkan berbagai masalah. Tanpa adanya stabilisasi yang dinamis maka otot-otot perut akan membuat dinding perut menjadi lemah dan dapat membahayakan stabilitas batang dan mobilitas. Hal tesebut juga dapat mengakibatkan sakit punggung, disfungsi dasar panggul, hernia, cacat kosmetik dan pengiriman vagina. Jadi nyeri panggul adalah manifestasi paling umum dari diastasis recti abdominis. Sebuah studi retrospektif yang dilakukan pada tahun 2007 oleh Spitznagle et al meneliti prevalensi diastasis recti abdominis pada populasi pasien urogynecological dan ditemukan 66% dari semua pasien dengan diastasis recti abdominis memiliki dukungan yang berhubungan dengan disfungsi panggul (SPFD), diagnosa stres , inkontinensia urin, inkontinensia feses , dan organ panggul prolaps.

C.    Mendiagnosis diastasis recti abdominis
Ultrasonography (USG) merupakan metode yang akurat untuk mengukur diastasis rektus atas umbilikus dan di tingkat pusat. Namun karena ketebatasan alat kesehatan yg ada, penyedia layanan kesehatan dapat melakukan tes palpasi cepat untuk menilai diastasis recti abdominis. Diastasis recti abdominis sulit ditemukan pada perut dalam keadaan rileks. Sebuah pemeriksaan memerlukan kontraksi otot rektus abdominis, dan akan memungkinkan untuk penilaian diastasis recti abdominis. Sebuah pemisahan atau peregangan otot pada bagian tengah perut yang diukur setelah kehamilan umumnya memiliki lebar sekitar satu hingga dua jari dan tidak menjadi masalah. Tetapi jika lebar peregangan otot di garis tengah adalah  lebih dari dua setengah jari  dan lebarnya  tidak menyusut saat pasien mengencangkan otot perut nya serta terdapat gundukan kecil menonjol di garis tengah perut, maka pasien mungkin memiliki diastasis recti abdominis dan perlu mengambil tindakan pencegahan yang khusus untuk mengatasinya seperti dengan melakukan beberapa latihan dan kegiatan lainnya.
Diastasis recti abdominis terjadi jika dalam pemeriksaan tedapat peegangan otot atau pemisahan otot pada garis tengah perut hingga dua jari atau lebih atau ibu/pelayan kesehatan dapat memasukkan dua jari atau lebih ke dalam ruang unggul umbilikus. Pada kontraksi perut lanjut, pemisahan atau peregangan otot pada garis tengah perut harus menutup, namun jika masih ada peregangan yang lebarnya lebih besar dari 1 jari, itu merupakan diastasis recti abdominis positif. Seperti tes biasanya yang diberikan pada wanita postpartum untuk memeriksa integritas dari recti abdominis, dan harus ditekankan bahwa tes ini dapat dilakukan pada ibu pasca-caesar hanya setelah sayatan mereka sudah sembuh, sekitar 6-10 minggu setelah operasi.

D.    Pengelolaan
Manajemen konservatif, seperti latihan terapi spesifik yang diarahkan oleh fisioterapis, atau ahli kesehatan yang sangat paham mengenai diastasis recti abdominis, biasanya menjadi intervensi yg paling pertama. Latihan tersebut bertujuan untuk memperkuat otot inti yang mendalam, seperti abdominis transverses dan otot dasar panggul. Latihan perut yang buruk dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen, gaya ini dapat menyebabkan pemisahan recti lebih lanjut dan tonjolan yang menyertainya / hernia memburuk.
Oleh karena itu, penting untuk memantau diastasis recti abdominis (dan hernia jika ada) sebelum melakukan latihan pengencangan otot perut. Latihan perut tidak cocok meliputi sit up, kaki lurus menimbulkan, gerakan Pilates yaitu "100s" dan terutama kegiatan trunk rotasi, seperti berselang-seling sit up yang menargetkan obliques, dapat membuat peregangan otot perut yang berlebihan. Kelemahan pada otot inti memberikan kontribusi terhadap penutupan kekuatan yang cukup dari sendi sacroiliac yang menyebabkan ketidakstabilan panggul, yang akhirnya dapat mengakibatkan penurunan sakit punggung dan pinggul. Dalam keadaan yg buruk, pemisahan otot recti abdominis dapat mengakibatkan hernia. Oleh karena itu, saat pertama diastasis diidentifikasi, pasien diminta untuk membuat perjanjian awal dengan fisioterapis antara 2 sampai 3 minggu setelah melahirkan. Menindaklanjuti kunjungan berikutnya dilakukan pada 2, 3 atau dengan jarak 4 minggu setelahnya tergantung pada kondisi pasien yaitu kondisi otot perut pasien, kemampuan pasien untuk memahami program latihan, dan kepatuhan pasien untuk menindaklanjuti latihan.
Pada kunjungan awal, pasien diberikan petunjuk tentang mekanika tubuh yang benar, postur tubuh yang tepat, latihan yang tepat untuk mengaktifkan otot-otot perut, dan latihan yang tepat untuk kembali menguatkan otot recti abdominis tanpa meningkatkan tekanan intra-abdomen .
Pada setiap kunjungan berikutnya, pasien diajarkan untuk melatih kontrol konsentrik dan eksentrik dari otot-otot perut dan untuk mensimulasikan peran fungsional dari otot-otot perut dalam stabilisasi bagasi.
Rekomendasi kegiatan fisik dan olahraga di rumah dan masyarakat juga diberikan pada kunjungan berikutnya. Dukungan perut bantu / splints dapat direkomendasikan. Pasien dipulangkan saat diastasis recti abdominis sudah menutup.

E.     Prognosa
Pasien biasanya tidak dalam keadaan baik. Dalam kebanyakan kasus, diastasis recti abdominis biasanya sembuh sendiri selama periode postpartum 6 minggu sampai 3 bulan. Namun, diastasis recti abdominis juga dapat berlanjut lama. Intervensi lebih lanjut mungkin diperlukan jika pemulihan diastasis recti abdominis tidak terjadi. Latihan terapi spesifik dapat membantu meningkatkan kondisi. Hernia umbilikalis dapat terjadi dalam beberapa kasus. Jika nyeri hadir, operasi mungkin diperlukan. Secara umum, komplikasi hanya terjadi ketika hernia berkembang.

F.     Komplikasi diastasis recti abdominis
Hernia umbilikalis
Menurut Medline Ditambah Encyclopedia Medis, komplikasi paling serius diastasis recti adalah hernia umbilikalis. Sebuah hernia umbilikalis terjadi ketika pemisahan otot-otot perut memungkinkan bagian dari usus untuk menonjol.

Back Pain
Karena otot-otot perut Anda mendukung tulang belakang Anda, diastasis recti dapat menyebabkan nyeri kronis pada punggung bawah Anda. Rendah kembali sakit dapat menyebabkan sikap tubuh yang buruk.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan
Wanita dengan diastasis recti abdominis lebih mungkin terjadi pada wanita yang usianya lebih tua dan dengan paritas tinggi, memiliki anak kembar, bayi yang lebih besar, dan kelahiran melalui operasi caesar. Studi menunjukkan bahwa pemulihan sebelumnya mungkin berhubungan dengan paritas rendah, kelahiran tunggal, penambahan berat badan di bawah 35 kilogram, berat lahir bayi <3,7 kg, tingkat peningkatan aktivitas sebelum, selama dan setelah kehamilan. Secara klinis, kepatuhan yang baik dengan program perawatan dan inisiasi awal pengobatan juga dapat meningkatkan pemulihan. Oleh karena itu, tindakan profilaksis, seperti pemeriksaan rutin / identifikasi diastasis recti abdominis dan diastasis manajemen recti abdominis berikutnya untuk semua ibu selama kehamilan dan periode pasca-melahirkan mungkin bermanfaat dalam jangka panjang.






DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Anderson, DM. Mosby s Medical Dictionary. 6th ed. St Louis, Mo: Mosby; 2002.
Boissonnault J.S. & Blaschak MJ Insiden diastasis recti abdominis Selama Tahun subur.
Chiarello, C. M.  Penelitian Studi: Pengaruh Program Latihan di diastasis recti abdominis pada Wanita Hamil. Jurnal Terapi Kesehatan Fisik Wanita: 2005:29 (1), hlm 11-16.
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
Marx J. Rosen Darurat Kedokteran: Konsep dan Praktek Klinis. 6th ed. St Louis, Mo: Mosby; 2006.
Mendes D.A. et al. Ultrasonografi untuk mengukur rektus abdominis diastasis otot. Acta Cir Bras. 2007:22 (3): p 182-6.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Spitznagle T.M., Leong F.C. dan Van Dillen L.R. Prevalensi diastasis recti abdominis pada populasi pasien urogynecological. International Journal Urogenikologi 2007: 18 (3), p 321-328, DOI: 10.1007/s00192-006-0143-5
 Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Terapi Fisik Juli 1988vol. 68 (7), p 1.082-1.086
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September 2009: 20.00 WIB.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas. kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010, 02:25 PM.
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
 scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.
Widjanarko, B. 2009. Masa Nifas. obfkumj.blogspot.com/ diunduh 9 Feb 2010, 04:07 PM.
yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-s.html diunduh 1 September 2009: 20.05 WIB.
Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM.
 Image, theasianparent.com


No comments:

Post a Comment